BIMBINGAN
DAN KONSELING ISLAM
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Bimbingan
Konseling
Dosen : Dra. Hj. Nurul Azmi, MA
Aisyah
Nurlaela (14121610658)
Tarbiyah
IPA- Biologi-A/smt-IV
KEMENTERIAN
REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan berpikir dan kesadaran
manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi
global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang bagi
manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak
positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berfikir,
meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada saat
ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi, terjadinya keresahan hidup di
kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress,
kecemasan, dan frustasi.
Dengan demikian, kita harus sadar
bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang
dari diri kita sendiri maupun masalah yang datang dari luar. Namun, dengan niat
yang kuat serta pemberian bantuan dari konselor dalam lingkup bimbingan
konseling maka akan berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah yang
dihadapi.
Pendidikan adalah salah satu bentuk
lingkungan yang bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses
perkembangan individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu
di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan
yang dapat membantu para siswa dalam proses
perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan
prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling.
Tuhan Yang Maha Esa memberikan
segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang mengarah pada
hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan manusia dengan
sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara
langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bebicara tentang agama terhadap
kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak
terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah
kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat
mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan
jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaitan.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Konsep Dasar Bimbingan
konseling Islami?
2.
Apa Tujuan dan Dasar Bimbingan konseling
Islami?
3.
Bagaimana
Asas-asas Bimbingan konseling Islami?
4.
Apa
Fungsi dan Metode Bimbingan konseling Islami?
5.
Bagaimana
Syarat menjadi pembimbing dan konselor Islami?
C. Tujuan
Adapun Tujuan
pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui Konsep Dasar Bimbingan
konseling Islami?
2.
Mengetahui Tujuan dan Dasar Bimbingan
konseling Islami?
3.
Mengetahui Asas-asas
Bimbingan konseling Islami?
4.
Mengetahui Fungsi
dan Metode Bimbingan konseling Islami?
5. Mengetahui Syarat menjadi pembimbing dan konselor Islami?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP DASAR
BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Pada dasarnya bimbingan konseling hampir
sama dengan bimbingan konseling islami, bimbingan konseling islami lebih
mengarah ke agama. Jadi, bimbingan konseling islami adalah proses pemberian
bantuan yang terarah, continue, dan sistemmatis kepada setiap individu
agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menerapkan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits sehaingga individu tersebut dapat hidup selaras sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits.
Ada
beberapa individu yang sama sekali tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Allah SWT. Diantaranya
adalah:
1.
Manusia yang terlepas
hubungannya dengan Allah SWT
2.
Manusia yang terlepas
hubungan dengan manusia lainnya atau alam
semesta
3.
Manusia yang sama sekali tidak memilki hubungan yang baik dengan Allah SWT maupun dengan manusia dan alam semesta
Dalam hubungan yang serba terputus tersebut maka
pada saat itulah diperlukan konseling islami yang berfungsi
untuk menanggulangi perkembangan fitrah beragama tersebut sehingga individu itu kembali sadar akan
eksistensinya sebagai khalifah di
muka bumi yang berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Dari pemahaman yang telah dikemukakan di atas maka dapat diperoleh jawaban bahwa klien bimbingan konseling islami itu adalah setiap individu mulai dari lahirnya sehingga menginternalisasikan
norma-norma Al-Qur’an dan hadits dalam perilaku hidupnya,
serta individu yang mengalami penyimpangan dalam perkembangan fitrah bergama yang di milikinya.
Adapun konsep dasar bimbingan konseling islami yang
utamanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits seperti dalam Surat surah Al-Qamar
ayat 40
Artinya: ” Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an
untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Q.S. Al-Qamar:
40).
Al-Qur’an dan sunnah rasul adalah landasan ideal dan
konseptual bimbingan konseling islami. Dari kedua dasar tersebut gagasan,
tujuan dan konsep-konsep bimbingan konseling Islam bersumber. Segala usaha atau
perbuatan yang dilkukan manusia selalu membutuhkan adanya dasar sebagai pijakan
untuk melangkah pada suatu tujuan, yakni agar orang tersebut berjalan baik dan
terarah. Begitu juga dalam melaksanakan bimbingan Islam didasarkan pada
petunjuk Al-Qur’an dan Hadits, baik yang mengenai ajaran memerintah atau
memberi isyarat agar memberi bimbingan dan petunjuk.
Al-Qur’an dapat menjadi sumber konseling islami,
nasehat, dan obat bagi manusia. Firman Allah surah al-Isra’ ayat 82
Artinya: “Dan kami
turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al-Qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian” (Q.S. Al-Isra: 82).
Menurut
tafsir tematik cahaya Al-Qur’an, Al-Qur’an merupakan mukjizat Muhammad SAW yang
abadi, yang diturunkan Allah SWT berbagai cahaya dan petunjuk. Di dalamnya
terdapat obat bagi jiwa yang sakit karena penyakit hati dan penyakit
kemasyarakatan, seperti akidah yang sesat dan menyingkap hati yang tertutup, sehingga
menjadi obat bagi hati, seperti layaknya ramuan obat-obatan bagi kesehatan.
Jika suatu kaum mau mengambil petunjuk darinya mereka akan mendapatkan
kemenangan dan kebahagiaan, sebaliknya jika mereka tidak mau menerimanya, maka
mereka akan menyesal dan sengsara.
Bimbingan
konseling dalam kehidupan muslim sudah ada sejak zaman Nabi Adam dan nabi-nabi
setelahnya, mereka mendapat amanah dari Allah SWT sebagai salah satu dari
berbagai tugas manusia adalah membina dan membentuk manusia yang ideal sesuai
dengan fitrahnya, mengarah kepada sesuatu yang bermanfaat dan melarang dari
sesuatu yang membahayakan mereka sesuai tuntutan Allah SWT.
Dasar yang
memberi isyarat kepada manusia untuk memberi nasehat (konseling) kepada orang
lain. Firman Allah surah Al-Ashr ayat 1
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya
mentaati kesabaran” (Q.S. Al-Ashr: 1-3).
B.
TUJUAN DAN
DASAR BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Tujuan bimbingan dan konseling Islami menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus. Adapun tujuan umum dari bimbingan dan konseling Islami adalah membantu
individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islami
adalah :
a.
Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
b.
Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi
c.
Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih
baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
Tujuan konseling Islami menurut (Hamdani
Bakran Adz-Dzuki:76) adalah :
a.
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
(muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik
dan hidayah Tuhannya (mardhiyah)
b.
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan
kesopanan, tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan social dan alam
sekitarnya.
c.
Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada
individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,
tolong-menolong dan rasa kasih saying
d.
Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri
individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat
kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan untuk
menerima ujian-Nya.
e.
Untuk menghasilkan potensi ilahiyyah, sehingga dengan
potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik,
menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan kemanfaatan dan
keselamatan bagi lingkungan pada berbagai aspek kehidupan.
C.
LANDASAN
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Landasan bimbingan konseling islam bisa dilihat dari
berbagai macam pandangan, diantaranya yaitu :
1. Landasan
historis
Perhatian terhadap pengembangan potensi diri
individual telah berkembang sejak zaman Yunani Kuno, hal ini dipelopori oleh
Plato dan Aristoteles. Secara organisatoris dan yuridis formal, profesi BP/BK
menunjukan kondisi yang semakin bagus, hanya saja dalam tataran implementasi
masih mengalami kelemahan dalam berbagai aspeknya, seperti aspek manajemen,
sumber daya (kualitas pribadi dan kemampuan profesional),serta sarana dan
prasarana.
2. Landasan
Filosofis
Landasan ini
terkait dengan cara pandang para ahli berdasarkan olah pikirnya tentang hakikat
manusia, tujuan, dan tugasnya hidup di dunia, serta upaya-upaya untuk
mengembangkan, mengangkat, atau memelihara nilai-nilai kemanusiaan manusia.
Bimbingan juga merupakan kegiatan manusiawi yang terkait dengan upaya
mengembangkan potensi insaniyah manusia, sehingga manusia senantiasa berada di
jalur kehidupan yang beradab, bermartabat dan bermanfaat.
3. Landasan
Sosial Budaya
Kebutuhan
bimbingan timbul karena adanya masalah yang dihadapi oleh individu yang
terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan
keadaannya, semakin banyak dan rumit pula maslah yang dihadapi. Dengan kata
lain, bimbingan dibutuhkan karena adanya faktor-faktor yang menambah rumitnya
keadaan masyarakat dimana individu itu hidup.
Faktor-faktor
tersebut diantaranya:
a. Adanya perubahan konstelasi keluarga.
Kecenderungan
kehidupan keluargayang tidak harmonis, sangatlah tidak diharapkan, karena
bagaimanapun keadaan keluarga sangatlah berpengaruh kepada kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara. Keutuhan, kestabilan, dan keharmonisan keluarga
yang diwarnai nilai-nilai agama akan melahirkan generasi muda yang berakhlak
mulia dan juga suasana kehidupan masyarakat yang harmonis. Apabila yang terjadi
malah sebaliknya, maka ketidakharmonisan yang akan dirasakan.
b. Perkembangan pendidikan
Arah yang
meninggi tampak dalam bertambahnya kesempatan dan kemungkinan bagi siswa untuk
mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Arah ini menimbulkan kebutuhan
bimbingan bagi siswa-siswa untuk memilih kelanjutan sekolah yang paling tepat
bagi mereka.
c. Perubahan dunia kerja/karir
Saat ini
masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting
dibandingkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai perubahan,
yaitu:
1.
Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional
dan memiliki keterampilan teknik.
2.
Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak
dari penerapan teknologi maju.
3.
Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
4.
Berbagai pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara
pelayanan yang baru.
5.
Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih
berusia terlalu dini untuk bekerja.
d. Perkembangan komunikasi
Dampak media
komunikasi terhadap kehidupan manusia sangat besar, terutama terhadap
anak-anak. Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi berkembangnya
kemampuan anak dalam mengambil keputusan merupakan pendekatan yang dianggap
paling tepat.
e. Seksisme dan rasisme
Seksisme
merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin
lainnya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu ras
dari ras yang lain. Fenomena ini nampak dari sikap orang tua yang masih
memegang budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi anak perempuan, yaitu
tidak memberikan kebebasan untuk memilih sendiri karir yang diminatinya. Berdasarkan
kondisi tersebut, maka program bimbingan berperan penting dalam upaya membantu
orang tua agar memiliki pemahaman bahwa anak perempuanpun memiliki kebebasan
untuk memiliki peluang yang sama dengan anak laki-laki dalam memilih karir yang
diminatinya.
f. Kesehatan mental
Kesehatan
mental ini berhubungan dengan gangguan emosional atau masalah kejiwaan. Layanan
bimbingan diselenggarakan dalam upaya mengembangkan mental yang sehat, dan
menyembuhkan serta mencegah timbulnya mental yang tidak sehat.
g. Perkembangan teknologi
Terdapat dua
masalah penting yang timbul seiring berkembangnya teknologi dengan pesat. (1)
penggantian tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik, dan hal ini
menyebabkan pengangguran, (2) bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru
yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi
orang-orangg yang akann menjabatnya. Kedua masalah ini menimbulkan kebutuhan
untuk mendapatkan pengetahuan tentang berbagai pilihan jabatan dan cara
memilihnya dengan tepat. Di sinilah bimbingan dirasa diperlukan.
h. Kondisi moral dan keagamaan
Penilaian
terhadap keyakinan agama sering didasarkan pada kesenangan pribadi, terutama
pada kaum muda saat ini. Hal ini nyatanya akan membawa pada perasaan tertekan
dengan adanya perbedaan antara keyakinan yang dianutnya dan keyakinan yang
dianut oleh masyarakat dan keluarganya sehingga konflikpun dalam dirinya akan
semakin besar. Bimbingan dalam hal ini berusaha mengarahkan individu yang
mengalami konflik tersebut agar konfliknya bisa terselesaikan.
i.
Kondisi
sosial ekonomi
Faktor ini
berkaitan dengan masalah kecemburuan sosial, tidak percaya diri karena merasa
tidak mampu, tidak nyaman bergaul dengan kalangan orang-orang yang kaya yang
ditimbulkan oleh adanya perbedaan kondisi ekonomi di tengah masyarakat. Untuk
menanggulangi masalah tersebut, diperlukan layanan bimbingan bagi kedua kelopok
di atas, yaitu kelompok yang merasa dirinya kurang mampu dan kelompok yang
menamakan diri sebagai orang kaya.
4. Landasan
Religius
Landasan
religius bimbingan secara umum pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai
mahluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan
dan konseling (Prayitno dan Erman Amti, 2003: 233). Al Qur’an dan Sunnah rasul
merupakan landasan utama yang dilihat dari sudut asal-usulnya, merupakan
landasan ‘naqliyah’, maka landasan lain yang dipergunakan oleh bimbingan dan
konseling Islami yang bersifat ‘aqliyah’ adalah filsafat dan ilmu. Firman
Allah dalam Al-Quran:
“Demi
masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-Ashr
:1-3)
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.” (Q.S. Al Ahzab:21)
Manusia
sesuai hakikatnya diciptakan dalam keadaan yang baik, termulia, sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainnya namun manusia juga memiliki hawa nafsu
dan sifat buruk. Mengingat berbagai sifat seperti itu, maka diperlukan adanya
upaya untuk menjaga agar manusia tetap menuju kearah bahagia menuju kearah
“ahsanitaqwim” dan tidak terjerumus ke keadaan yang hina atau ke “asfala
safilin”.
D. ASAS-ASAS
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Ada beberapa asas dalam bimbingan konseling islam,
dantaranya adalah sebagai berikut :
1. Asas-asas
Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Bimbingan
konseling islam mempunyai tujuan akhir untuk membantu klien mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan duniawi, bagi seorang
muslim hanya kebahagiaan yang bersifat sementara, kebahagiaan akhiratlah yang
menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan yang abadi.
Kebahagiaan
akhirat akan tercapai bagi semua manusia, jika dalam kehidupan dunianya juga
senantiasa taat kepada Allah SWT. Oleh karena itulah maka islam mengajarkan
hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan keduniaan
dan keakhiratan.
2. Asas
Fitrah
Manusia
menurut islam dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai
kemampuan potensial bawaan dan kecendrungan sebagai muslim atau beragama islam.
Bimbingan dan konseling membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya
itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat, serta
menghayatinya sehingga dengan demikian akan membantu mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan diakhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya.
3. Asas
“Lillahi ta’ala”
Bimbingan
konseling islam diselenggarakan semata-mata karena Allah SWT. Konsekuensi dari
asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa
pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan konseling
dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan
adalah untuk pengabdian kepada Allah SWT semata, sesuai dengan fungsi dan
tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.
4. Asas
Bimbingan Seumur Hidup
Manusia
hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia, dalam
kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan. Oleh
karena itu, maka bimbingan konseling islam diperlukan selama hayat masih
dikandung badan. Kesepanjang hayatan
bimbingan konseling ini, selain dilihat dari kenyataan hidup manusia, dapat
pula dilihat dari sudut pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah berasaskan pendidikan seumur hidup, karena
belajar menurut islam wajib dilakukan oleh semua orang tanpa membedakan usia.
5. Asas
Kesatuan Jasmaniah dan Rohaniah
Bimbingan
konseling islame memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah,
tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah
semata. Bimbingan konseling islami membantu individu untuk hidup dalam
keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.
6. Asas
Keseimbangan Rohaniah
Rohani
manusia memiliki daya kemampuan fakir, merasakan atau menghayati dan kehendak
atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain dari kemampuan
fundamental potensial untuk:
a. Mengetahui
(mendengar)
b. Memperhatikan
atau menganalisis (melihat dengan bantuan atau dukungan pikiran)
c. Menghayati
(hati dengan dukungan kalbu dan akal)
Bimbingan konseling islami menyadari
keadaan kodrati manusia tersebut, dan dengan berpijak pada firman-firman Tuhan
serta hadits Nabi, membantu klien memperoleh keseimbangan diri dalam segi
mental rohaniah tersebut.
Klien diajak untuk
mengetahui apa-apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang
perlu difikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja,
tetapi tidak juga menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu
dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih
diperoleh keyakinan tersebut. Klien
diajak untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua kemampuan
rohaniah potensialnya tersebut, bukan hanya mengikuti hawa nafsu semata.
7. Asas
Kemaujudan Hidup
Bimbingan
konseling islam berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang
seseorang individu merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu
mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai
kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari hak dan kemampuan fundamental
potensial rohaniahnya.
8. Asas
Sosialitas Manusia
Manusia
merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan dalam bimbingan
konseling islam. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri
sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek
yang diperhatikan di dalam bimbingan konseling islam, karena merupakan ciri
hakekat manusia. Dalam bimbingan konseling islam, sosialitas manusia diakui
dengan memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui dalam batas
tanggung jawab sosial dan masih pula ada hak “alam” yang harus dipenuhi manusia
(prinsip ekosistem), begitu pula hak Tuhan.
9. Asas
Kekhalifahan Manusia
Manusia
menurut islam diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang
besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta. Dengan kata lain, manusia
dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya.
Sebagai khalifah manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem, sebab
masalah-masalah kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut
yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
Bimbingan
dan fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam
keseimbangan dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah SWT yang harus mengabdi
pada-Nya. Dengan demikian, jika memiliki kedudukan tidak akan memperturutkan
hawa nafsu semata.
10. Asas
Keselarasan dan Keadilan
Islam
menghendaki keharmonisan , keselarasan, keseimbangan, keserasian dengan segala
hal. Dengan kata lain, islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak
dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan) dan juga
hak Tuhan. Oleh karena itu harus ada keseimbangan dan keharmonisan antar
semuanya.
11. Asas
Pembinaan Akhlaqul-Karimah
Manusia,
menurut pandangan islam, memiliki sifat-sifat yang baik, sekaligus mempunyai
sifat-sifat lemah. Sifat-sifat yang baik merupakan sikap yang dikembangkan oleh
bimbingan konseling islam. Bimbingan konseling islam membantu klien memelihara,
mengembangkan, dan menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut. Sejalan
dengan tugas dan fungsi rasulullah diutus oleh allah Swt.
12. Asas
Kasih Sayang
Setiap
manusia mmerlukan cinta kasih dan rasa kasih sayang dari orang lain. Rasa kasih
sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan konseling
islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab hanya dengan kasih
sayanglah bimbingan konseling akan berhasil.
13. Asas
Saling Menghargai dan Menghormati
Dalam
bimbingan konseling kedudukan konselor dan klien pada dasarnya sama atau
sederajat, perbedaannya hanya terletak pada fungsinya saja yakni konselor
memberikan bantuan sedangkan klien menerima bantuan. Hubungan yang terjalin
antara konselor dan klien merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai
dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah SWT.
Konselor
dipandang diberi kehormatan oleh klien karena dirinya dianggap mampu memberikan
bantuan mengatasi kesulitannya atau untuk tidak mengalami masalah, sementara
klien diberi kehormatan dan dihargai oleh konselor dengan cara yang
bersangkutan bersedia membantu atau membimbingnya.
14. Asas
Musyawarah
Bimbingan
konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya antara konselor dan
klien terjadi dialog yang baik satu sama lain, tidak saling mengatur, tidak ada
perasaan tertekan, dan keinginan tertekan.
15. Asas
Keahlian
Bimbingan
konseling islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan
keahlian dibidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik
bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan
bimbingan dan konseling.
Untuk
menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus
mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai pengetahuan, keterampilan,
sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor akan menunjang hasil
konseling.
E. Fungsi dan
metode bimbingan konseling Islam
Fungsi
bimbingan dan konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun
keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut.
Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islam dikelompokkan menjadi empat :
1. Fungsi
preventif : yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah
bagi dirinya.
2. Fungsi
kuratif atau korektif : yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi
preservatif : yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang
semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan)
itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali.
4. Fungsi
developmental atau pengembangan ; yakni membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah
baginya.
Metode dalam bimbingan konseling
islam yaitu :
1. Metode
langsung
Metode
langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan
komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat
dirinci lagi menjadi :
a. Metode
Individual
Bimbingan
konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat
layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya, Dalam konseling ini
hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya
menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien.
Dan empati artinya berusaha menempatkann diri dalam situasi diri klien dengan
segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan memberikan
kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan
konseling.
2. Metode
Kelompok
Tehnik ini dipergunakan dalam membantu klien/murid
atau sekelompok klien/murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan
kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual
yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok. Tehnik ini membawa keuntungan pada diri
klien/murid, diantaranya;
a. Menghemat
waktu dan tenaga .
b. Menciptakan
kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang
memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau
masalah pribadi-sosial.
c. Menyadarkan
siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya sehingga
mereka terdorong untuk berusaha menghadapi kenyataan itu bersama-sama dan
saling mendiskusikannya.
F.
SYARAT KONSELOR BK ISLAM
Seorang konselor Islami harus mememiliki
akhlak sebagai berikut.
a. Berkomunikasi secara baik
a. Berkomunikasi secara baik
Dalam melakukan
konseling, perlu dilakukan dengan komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang
baik, niscaya pesan yang diinginkan sulit menimbulkan efek yang positif
terhadap klien. Dalam al-Qur'an, terdapat beberapa isyarat tentang pola-pola
komunikasi seperi di bawah ini :
1. Qawlan
ma'rufan (Al-Baqarah: 263; An-Nisa': 8; Al-Ahzab: 32) maksudnya Perkataan yang
baik Bahasa yang sesuai dengan tradisi, bahasa yang pantas atau cocok untuk
tingkat usianya bahasa yang dapat diterima akal untuk tingkat usia.
2. Qawlan
kariman (Al-Isra': 23) maksudnya Perkataan yang mulia Bahasa yang memiliki arti
penghormatan, bahasa yang enak didengar karena terdapat unsur-unsur kesopanan.
3. Qawlan
maysuran (Al-Isra': 28) maksudnya Perkataan yang pantas Bahasa yang dimengerti,
bahasa yang dapat menyejukkan perasaan.
4. Qawlan
balighan (An-Nisa: 63) maksudnya Perkataan yang mengena/ mendalam Bahasa yang
efektif, sehingga tepat sasaran dan tujuannya, bahasa yang efisien, sehingga
tidak membutuhkan banyak biaya, waktu dan tempat.
5. Qawlan
layyinan (Thaha: 44) maksudnya Perkataan lemah lembut Bahasa yang halus,
sehingga menembus relung kalbu, bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang
lain, bahasa yang baik dan enak didengar.
6. Qawlan sadid (An-Nisa': 9) maksudnya Al-Ahzab:
70 Perkataan benar dan berimbang Bahasa yang benar, bahasa yang berimbang
(adil) dari kedua belah pihak.
7. Qawlan
azhima (Al-Isra': 80) maksudnya Perkataan yang berbobot Bahasa yang mendalam
materinya, bahasa yang berbobot isinya.
8. Qawlan
min rabb rahim (Yasin: 58) maksudnya Perkataan rabbani Bahasa yang isinya
bersumber dari Tuhan, bahasa yang yang mengandung pesan Tuhan.
9. Qawlan
tsaqila (Al-Muzammil: 5) maksudnya Perkataan yang berat Bahasa yang berbobot
yang mengandung informasi kewajiban manusia, syariah, halal-haram, hukum
pidana-perdata.
Bahasa-bahasa
di atas dapat digunakan seorang konselor untuk melihat kondisi dan psikologi
klien sehingga tujuan dari proses konseling dapat tercapai dengan baik.
b.
Kasih Sayang
Kasih sayang (rahmah)
adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap konselor. Karenanya orang yang
hatinya keras tidak layak menjadi konselor. Sebab, kasih sayang yang merupakan
gerakan kalbu adalah modal perasaan yang secara otomatis bisa mendorong pendidik,
dan menolak untuk tidak suka meringankan beban orang yang di didik.
Perilaku kasih sayang turut menentukan keberhasilan
seorang konselor dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada klien sehingga
ditemukan problem solving yang efektif.
c.
Lemah Lembut
Sikap
lemah lembut merupakan sikap yang tidak bisa dipisahkan dari sikap kasih sayang
yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Demikian halnya Rasulullah SAW,
sebagai konselor umat sepanjang zaman, juga memiliki akhlak yang lemah lembut.
Akhlak ini memang telah dianugerahkan Allah kepada para Nabi-Nya.
d.
Sabar (patience)
Sabar
adalah bekal setiap konselor. Seorang pendidik (konselor) yang tidak berbekal
kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia
akan gagal, atau kembali sebelum sampai ke tempat tujuan.
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat
membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor
menunjukkan lebih memperhatikan diri klien dari pada hasilnya. Konselor yang
sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak
tergesa-gesa.
e.
Tawadhu’
Untuk
menggugah simpati klien, sifat tawadhu' dari seorang konselor juga diperlukan.
Dengan sifat tawadhu' akan menambahkan keakraban antara keduanya.
f.
Toleransi
Dalam
melaksanakan konseling, seorang konselor juga dituntut untuk bersikap toleran
terhadap kliennya. Kebijaksanaan dan bersikap toleransi kepada orang yang yang
sedang bermasalah dan meminta agar seorang konselor tersebut membantunya untuk menyelesaikan persoalan
tersebut.
g.
Demokratis dan Terbuka
Sebagai
seorang konselor yang bijaksana, juga diperlukan sikap toleransi yang tinggi
kepada klien. Perlu pula keterbukaan antara keduanya sehingga berbagai
persoalan yang dihadapi oleh klien dapat diselesaikan.
h.
Jujur (honesty)
Yang
dimaksud jujur di sini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka),
autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling, karena
alasan-alasan berikut:
1. Sikap
keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untiik menjalin hubungan psikologis
yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang
menutup atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien dapat
menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis
sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung
dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila terjadi ketertutupan dalam
konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien.
2. Kejujuran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada
klien.
i.
Dapat Dipercaya (Trustworthiness/amanah)
Kualitas
ini berarti bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab kecemasan
bagi klien. Kualitas konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam
konseling, karena beberapa alasan yaitu sebagai berikut:
1.
Esensi tujuan
konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakan masalah dirinya yang paling
dalam. Dalam hal ini, klien harus merasa bahwa konselor itu dapat memahami dan
mau menerima curahan hatinya (curhatnya) dengan tanpa penolakan. Jika klien
tidak memiliki rasa percaya ini, maka rasa prustasilah yang menjadi hasil
konseling.
2.
Klien
dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi konselor. Artinya klien
percaya bahwa konselor mempunyai motivasi untuk membantunya.
3.
Apabila klien
mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor, maka akan berkembang dalam
dirinya sikap percaya tnrhadap dirinya sendiri.
Hal ini relevan dengan ajaran al-Qur'an yang menuntut
manusia untuk bersifat amanah.
Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu Amat zalim dan Amat bodoh, (Qs. al-Ahzab/33: 72)
j.
Adil
Seorang
konselor harus bersikap adil dalam melakukan proses konseling kepada kliennya.
Prinsip keadilan ini sangat penting memahami masalah yang dihadapi klien lalu
memperlakukannya sesuai dengan prinsip keadilan itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Bimbingan ialah suatu proses
membantu individu melalui sendiri untuk mengembangkan dan menemukan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
2. Konseling adalah serangkai hubungan
langsung dengan individual yang bertujuan untuk membantu dia langsung dalam
bersikap dan tingkah laku.
Bimbingan amatlah penting
peranannya, sebab semakin tinggi dan penting peranannya, berbagai ilmu
pengetahuan manusia di dunia, makin bertambahlah masalah-masalah kehidupan
manusia dan tata susunan masyarakat.
3. Melalui bimbingan siswa kelak dapat
menyesuaikan diri setiap keadaan.
Dalam bimbingan dan konseling
terdapat dasar,prinsip dan latar belakang diperlukannya
bimbingan dan konseling.
Prinsip-prinsip yang dimaksud disisni ialah hal-hal yang dapat menjadi pegangan
didalam proses bimbingan dan konseling.
4. Siswa
sangat memerlukan bimbingan dari seorang guru yang mampu mengerti permasalahan
yang mereka hadapi. Baik permasalahan dalam menyesuaikan diri dengan siswa
lain, masalah keluarga, masalah pergaulan dengan teman sebaya, ataupun masalah
yang berkaitan dengan tugas belajar, serta masalah menghadapi jenjang sekolah
yang lebih tinggi yaitu tingkat SMA. Maka dari itu, diperlukan seorang guru
pembimbing dalam membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
5. Guru
pembimbing (konselor) berperan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk
memiliki pribadi yang baik dan bertanggung jawab, ini dilakukan melalui orang
tua maupun langsung pada siswa tersebut melalui beberapa layanan yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul
Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.
Budiamin, Amin dan Setiawati. 2009. Bimbingan
Konseling. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama
Republik Indonesia.
Daradjat, Zakiah .2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.
Daradjat, Zakiah .2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang
Faqih, Aunur Rahim.
2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta : UII Press.
Prayitno. 1999. Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Prayitno. 1999. Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Ginanjar,Ary Agustian. 2001. Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual– ESQ. Jakarta : Penerbit
Arga.
Juntika, Achmad. 2009. Bimbingan dan Konseling
Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Aditama
Mappiare,Andi.2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Prayetno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka
Rahman,Abdul. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta :
Kencana.
Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan
Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar