Kamis, 05 November 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

     Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
                               Mata Kuliah      :    Bimbingan Konseling
                               Dosen                :    Dra. Hj. Nurul Azmi, MA











Aisyah Nurlaela (14121610658)

Tarbiyah IPA- Biologi-A/smt-IV





KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan  membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berfikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi, terjadinya keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress, kecemasan, dan frustasi.
Dengan demikian, kita harus sadar bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang dari diri kita sendiri maupun masalah yang datang dari luar. Namun, dengan niat yang kuat serta pemberian bantuan dari konselor dalam lingkup bimbingan konseling maka akan berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah yang dihadapi.
Pendidikan adalah salah satu bentuk lingkungan yang bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan  konseling merupakan  komponen  pendidikan  yang  dapat  membantu  para siswa dalam proses perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Tuhan Yang Maha Esa memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan manusia dengan sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaitan.


B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana Konsep Dasar Bimbingan konseling Islami?
2.      Apa Tujuan dan Dasar Bimbingan konseling Islami?
3.      Bagaimana Asas-asas Bimbingan konseling Islami?
4.      Apa Fungsi dan Metode Bimbingan konseling Islami?
5.      Bagaimana Syarat menjadi pembimbing dan konselor Islami?
C.    Tujuan
Adapun Tujuan pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui Konsep Dasar Bimbingan konseling Islami?
2.      Mengetahui Tujuan dan Dasar Bimbingan konseling Islami?
3.      Mengetahui Asas-asas Bimbingan konseling Islami?
4.      Mengetahui Fungsi dan Metode Bimbingan konseling Islami?
5.      Mengetahui Syarat menjadi pembimbing dan konselor Islami?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
                 Pada dasarnya bimbingan konseling hampir sama dengan bimbingan konseling islami, bimbingan konseling islami lebih mengarah ke agama. Jadi, bimbingan konseling islami adalah proses pemberian bantuan yang terarah, continue, dan sistemmatis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menerapkan nilai-nilai  yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits sehaingga individu tersebut dapat hidup selaras sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits.
            Ada beberapa individu yang sama sekali tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Allah SWT. Diantaranya adalah:
1.      Manusia yang terlepas hubungannya dengan Allah SWT
2.      Manusia yang terlepas hubungan dengan manusia lainnya atau alam semesta
3.      Manusia yang sama sekali tidak memilki hubungan yang baik dengan Allah SWT maupun dengan manusia dan alam semesta
Dalam hubungan yang serba terputus tersebut maka pada saat itulah diperlukan konseling islami yang berfungsi untuk menanggulangi perkembangan fitrah beragama tersebut sehingga individu itu kembali sadar akan eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi yang berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Dari pemahaman yang telah dikemukakan di atas maka dapat diperoleh jawaban bahwa klien bimbingan konseling islami itu adalah setiap individu mulai dari lahirnya sehingga menginternalisasikan norma-norma Al-Qur’an dan hadits dalam perilaku hidupnya, serta individu yang mengalami penyimpangan dalam perkembangan fitrah bergama yang di milikinya.
Adapun konsep dasar bimbingan konseling islami yang utamanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits seperti dalam Surat surah Al-Qamar ayat 40
http://theonlyquran.com/quran_text/54_40.png

Artinya: ” Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran” (Q.S. Al-Qamar: 40).
Al-Qur’an dan sunnah rasul adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan konseling islami. Dari kedua dasar tersebut gagasan, tujuan dan konsep-konsep bimbingan konseling Islam bersumber. Segala usaha atau perbuatan yang dilkukan manusia selalu membutuhkan adanya dasar sebagai pijakan untuk melangkah pada suatu tujuan, yakni agar orang tersebut berjalan baik dan terarah. Begitu juga dalam melaksanakan bimbingan Islam didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadits, baik yang mengenai ajaran memerintah atau memberi isyarat agar memberi bimbingan dan petunjuk.
Al-Qur’an dapat menjadi sumber konseling islami, nasehat, dan obat bagi manusia. Firman Allah surah al-Isra’ ayat 82

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (Q.S. Al-Isra: 82).
Menurut tafsir tematik cahaya Al-Qur’an, Al-Qur’an merupakan mukjizat Muhammad SAW yang abadi, yang diturunkan Allah SWT berbagai cahaya dan petunjuk. Di dalamnya terdapat obat bagi jiwa yang sakit karena penyakit hati dan penyakit kemasyarakatan, seperti akidah yang sesat dan menyingkap hati yang tertutup, sehingga menjadi obat bagi hati, seperti layaknya ramuan obat-obatan bagi kesehatan. Jika suatu kaum mau mengambil petunjuk darinya mereka akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan, sebaliknya jika mereka tidak mau menerimanya, maka mereka akan menyesal dan sengsara.
Bimbingan konseling dalam kehidupan muslim sudah ada sejak zaman Nabi Adam dan nabi-nabi setelahnya, mereka mendapat amanah dari Allah SWT sebagai salah satu dari berbagai tugas manusia adalah membina dan membentuk manusia yang ideal sesuai dengan fitrahnya, mengarah kepada sesuatu yang bermanfaat dan melarang dari sesuatu yang membahayakan mereka sesuai tuntutan Allah SWT.
Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi nasehat (konseling) kepada orang lain. Firman Allah surah Al-Ashr ayat 1
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya mentaati kesabaran” (Q.S. Al-Ashr: 1-3).
B.     TUJUAN DAN DASAR BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Tujuan bimbingan dan konseling Islami menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dari bimbingan dan konseling Islami adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islami adalah :
a.       Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
b.      Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi
c.       Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
Tujuan konseling Islami menurut (Hamdani Bakran Adz-Dzuki:76) adalah :
a.       Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah)
b.      Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan, tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan social dan alam sekitarnya.
c.       Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih saying
d.      Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan untuk menerima ujian-Nya.
e.       Untuk menghasilkan potensi ilahiyyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik, menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungan pada berbagai aspek kehidupan.
C.    LANDASAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Landasan bimbingan konseling islam bisa dilihat dari berbagai macam pandangan, diantaranya yaitu :
1.      Landasan historis
Perhatian terhadap pengembangan potensi diri individual telah berkembang sejak zaman Yunani Kuno, hal ini dipelopori oleh Plato dan Aristoteles. Secara organisatoris dan yuridis formal, profesi BP/BK menunjukan kondisi yang semakin bagus, hanya saja dalam tataran implementasi masih mengalami kelemahan dalam berbagai aspeknya, seperti aspek manajemen, sumber daya (kualitas pribadi dan kemampuan profesional),serta sarana dan prasarana.
2.      Landasan Filosofis
Landasan ini terkait dengan cara pandang para ahli berdasarkan olah pikirnya tentang hakikat manusia, tujuan, dan tugasnya hidup di dunia, serta upaya-upaya untuk mengembangkan, mengangkat, atau memelihara nilai-nilai kemanusiaan manusia. Bimbingan juga merupakan kegiatan manusiawi yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi insaniyah manusia, sehingga manusia senantiasa berada di jalur kehidupan yang beradab, bermartabat dan bermanfaat.
3.      Landasan Sosial Budaya
Kebutuhan bimbingan timbul karena adanya masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan keadaannya, semakin banyak dan rumit pula maslah yang dihadapi. Dengan kata lain, bimbingan dibutuhkan karena adanya faktor-faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
a.      Adanya perubahan konstelasi keluarga.
Kecenderungan kehidupan keluargayang tidak harmonis, sangatlah tidak diharapkan, karena bagaimanapun keadaan keluarga sangatlah berpengaruh kepada kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Keutuhan, kestabilan, dan keharmonisan keluarga yang diwarnai nilai-nilai agama akan melahirkan generasi muda yang berakhlak mulia dan juga suasana kehidupan masyarakat yang harmonis. Apabila yang terjadi malah sebaliknya, maka ketidakharmonisan yang akan dirasakan.
b.      Perkembangan pendidikan
Arah yang meninggi tampak dalam bertambahnya kesempatan dan kemungkinan bagi siswa untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Arah ini menimbulkan kebutuhan bimbingan bagi siswa-siswa untuk memilih kelanjutan sekolah yang paling tepat bagi mereka.
c.       Perubahan dunia kerja/karir
Saat ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting dibandingkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai perubahan, yaitu:
1.      Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki keterampilan teknik.
2.      Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
3.      Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
4.      Berbagai pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
5.      Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia terlalu dini untuk bekerja.
d.      Perkembangan komunikasi
Dampak media komunikasi terhadap kehidupan manusia sangat besar, terutama terhadap anak-anak. Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil keputusan merupakan pendekatan yang dianggap paling tepat.
e.       Seksisme dan rasisme
Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin lainnya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu ras dari ras yang lain. Fenomena ini nampak dari sikap orang tua yang masih memegang budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi anak perempuan, yaitu tidak memberikan kebebasan untuk memilih sendiri karir yang diminatinya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka program bimbingan berperan penting dalam upaya membantu orang tua agar memiliki pemahaman bahwa anak perempuanpun memiliki kebebasan untuk memiliki peluang yang sama dengan anak laki-laki dalam memilih karir yang diminatinya.
f.       Kesehatan mental
Kesehatan mental ini berhubungan dengan gangguan emosional atau masalah kejiwaan. Layanan bimbingan diselenggarakan dalam upaya mengembangkan mental yang sehat, dan menyembuhkan serta mencegah timbulnya mental yang tidak sehat.
g.      Perkembangan teknologi
Terdapat dua masalah penting yang timbul seiring berkembangnya teknologi dengan pesat. (1) penggantian tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik, dan hal ini menyebabkan pengangguran, (2) bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang-orangg yang akann menjabatnya. Kedua masalah ini menimbulkan kebutuhan untuk mendapatkan pengetahuan tentang berbagai pilihan jabatan dan cara memilihnya dengan tepat. Di sinilah bimbingan dirasa diperlukan.
h.      Kondisi moral dan keagamaan
Penilaian terhadap keyakinan agama sering didasarkan pada kesenangan pribadi, terutama pada kaum muda saat ini. Hal ini nyatanya akan membawa pada perasaan tertekan dengan adanya perbedaan antara keyakinan yang dianutnya dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat dan keluarganya sehingga konflikpun dalam dirinya akan semakin besar. Bimbingan dalam hal ini berusaha mengarahkan individu yang mengalami konflik tersebut agar konfliknya bisa terselesaikan.
i.        Kondisi sosial ekonomi
Faktor ini berkaitan dengan masalah kecemburuan sosial, tidak percaya diri karena merasa tidak mampu, tidak nyaman bergaul dengan kalangan orang-orang yang kaya yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan kondisi ekonomi di tengah masyarakat. Untuk menanggulangi masalah tersebut, diperlukan layanan bimbingan bagi kedua kelopok di atas, yaitu kelompok yang merasa dirinya kurang mampu dan kelompok yang menamakan diri sebagai orang kaya.
4.      Landasan Religius
Landasan religius bimbingan secara umum pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai mahluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman Amti, 2003: 233). Al Qur’an dan Sunnah rasul merupakan landasan utama yang dilihat dari sudut asal-usulnya, merupakan landasan ‘naqliyah’, maka landasan lain yang dipergunakan oleh bimbingan dan konseling Islami yang bersifat  ‘aqliyah’ adalah filsafat dan ilmu. Firman Allah dalam Al-Quran:
“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-Ashr :1-3)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al Ahzab:21)
Manusia sesuai hakikatnya diciptakan dalam keadaan yang baik, termulia, sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya namun manusia juga memiliki hawa nafsu dan sifat buruk. Mengingat berbagai sifat seperti itu, maka diperlukan adanya upaya untuk menjaga agar manusia tetap menuju kearah bahagia menuju kearah “ahsanitaqwim” dan tidak terjerumus ke keadaan yang hina atau ke “asfala safilin”.
D.    ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Ada beberapa asas dalam bimbingan konseling islam, dantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Asas-asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Bimbingan konseling islam mempunyai tujuan akhir untuk membantu klien mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan duniawi, bagi seorang muslim hanya kebahagiaan yang bersifat sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan yang abadi.
Kebahagiaan akhirat akan tercapai bagi semua manusia, jika dalam kehidupan dunianya juga senantiasa taat kepada Allah SWT. Oleh karena itulah maka islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan keduniaan dan keakhiratan.
2.      Asas Fitrah
Manusia menurut islam dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecendrungan sebagai muslim atau beragama islam. Bimbingan dan konseling membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat, serta menghayatinya sehingga dengan demikian akan membantu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya.
3.      Asas “Lillahi ta’ala”
Bimbingan konseling islam diselenggarakan semata-mata karena Allah SWT. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah untuk pengabdian kepada Allah SWT semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.
4.      Asas Bimbingan Seumur Hidup
Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia, dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan. Oleh karena itu, maka bimbingan konseling islam diperlukan selama hayat masih dikandung badan. Kesepanjang hayatan bimbingan konseling ini, selain dilihat dari kenyataan hidup manusia, dapat pula dilihat dari sudut pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah  berasaskan pendidikan seumur hidup, karena belajar menurut islam wajib dilakukan oleh semua orang tanpa membedakan usia.
5.      Asas Kesatuan Jasmaniah dan Rohaniah
Bimbingan konseling islame memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan konseling islami membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.
6.      Asas Keseimbangan Rohaniah
Rohani manusia memiliki daya kemampuan fakir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain dari kemampuan fundamental potensial untuk:
a.       Mengetahui (mendengar)
b.      Memperhatikan atau menganalisis (melihat dengan bantuan atau dukungan pikiran)
c.       Menghayati (hati dengan dukungan kalbu dan akal)
Bimbingan konseling islami menyadari keadaan kodrati manusia tersebut, dan dengan berpijak pada firman-firman Tuhan serta hadits Nabi, membantu klien memperoleh keseimbangan diri dalam segi mental rohaniah tersebut.
Klien diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu difikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, tetapi tidak juga menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut. Klien diajak untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan hanya mengikuti hawa nafsu semata.
7.      Asas Kemaujudan Hidup
Bimbingan konseling islam berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang seseorang individu merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari hak dan kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.
8.      Asas Sosialitas Manusia
Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan dalam bimbingan konseling islam. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang diperhatikan di dalam bimbingan konseling islam, karena merupakan ciri hakekat manusia. Dalam bimbingan konseling islam, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab sosial dan masih pula ada hak “alam” yang harus dipenuhi manusia (prinsip ekosistem), begitu pula hak Tuhan.
9.      Asas Kekhalifahan Manusia
Manusia menurut islam diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta. Dengan kata lain, manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem, sebab masalah-masalah kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
Bimbingan dan fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.  Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam keseimbangan dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah SWT yang harus mengabdi pada-Nya. Dengan demikian, jika memiliki kedudukan tidak akan memperturutkan hawa nafsu semata.
10.  Asas Keselarasan dan Keadilan
Islam menghendaki keharmonisan , keselarasan, keseimbangan, keserasian dengan segala hal. Dengan kata lain, islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan) dan juga hak Tuhan. Oleh karena itu harus ada keseimbangan dan keharmonisan antar semuanya.
11.  Asas Pembinaan Akhlaqul-Karimah
Manusia, menurut pandangan islam, memiliki sifat-sifat yang baik, sekaligus mempunyai sifat-sifat lemah. Sifat-sifat yang baik merupakan sikap yang dikembangkan oleh bimbingan konseling islam. Bimbingan konseling islam membantu klien memelihara, mengembangkan, dan menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut. Sejalan dengan tugas dan fungsi rasulullah diutus oleh allah Swt.
12.  Asas Kasih Sayang
Setiap manusia mmerlukan cinta kasih dan rasa kasih sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan konseling islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan konseling akan berhasil.
13.  Asas Saling Menghargai dan Menghormati
Dalam bimbingan konseling kedudukan konselor dan klien pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya hanya terletak pada fungsinya saja yakni konselor memberikan bantuan sedangkan klien menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara konselor dan klien merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah SWT.
Konselor dipandang diberi kehormatan oleh klien karena dirinya dianggap mampu memberikan bantuan mengatasi kesulitannya atau untuk tidak mengalami masalah, sementara klien diberi kehormatan dan dihargai oleh konselor dengan cara yang bersangkutan bersedia membantu atau membimbingnya.
14.  Asas Musyawarah
Bimbingan konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya antara konselor dan klien terjadi dialog yang baik satu sama lain, tidak saling mengatur, tidak ada perasaan tertekan, dan keinginan tertekan.
15.  Asas Keahlian
Bimbingan konseling islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan keahlian dibidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan konseling.
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor akan menunjang hasil konseling.
E.     Fungsi dan metode bimbingan konseling Islam
Fungsi bimbingan dan konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islam dikelompokkan menjadi empat :
1.      Fungsi preventif : yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2.      Fungsi kuratif atau korektif : yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3.      Fungsi preservatif : yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali.
4.      Fungsi developmental atau pengembangan ; yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Metode dalam bimbingan konseling islam yaitu :
1.      Metode langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi :
a.       Metode Individual
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya, Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkann diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling.
2.      Metode Kelompok
Tehnik ini dipergunakan dalam membantu klien/murid atau sekelompok klien/murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.  Tehnik ini membawa keuntungan pada diri klien/murid, diantaranya;
a.       Menghemat waktu dan tenaga .
b.      Menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau masalah pribadi-sosial.
c.       Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya sehingga mereka terdorong untuk berusaha menghadapi kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
F.     SYARAT KONSELOR BK ISLAM
Seorang konselor Islami harus mememiliki akhlak sebagai berikut.
a. Berkomunikasi secara baik
Dalam melakukan konseling, perlu dilakukan dengan komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik, niscaya pesan yang diinginkan sulit menimbulkan efek yang positif terhadap klien. Dalam al-Qur'an, terdapat beberapa isyarat tentang pola-pola komunikasi seperi di bawah ini :
1.      Qawlan ma'rufan (Al-Baqarah: 263; An-Nisa': 8; Al-Ahzab: 32) maksudnya Perkataan yang baik Bahasa yang sesuai dengan tradisi, bahasa yang pantas atau cocok untuk tingkat usianya bahasa yang dapat diterima akal untuk tingkat usia.
2.      Qawlan kariman (Al-Isra': 23) maksudnya Perkataan yang mulia Bahasa yang memiliki arti penghormatan, bahasa yang enak didengar karena terdapat unsur-unsur kesopanan.
3.      Qawlan maysuran (Al-Isra': 28) maksudnya Perkataan yang pantas Bahasa yang dimengerti, bahasa yang dapat menyejukkan perasaan.
4.      Qawlan balighan (An-Nisa: 63) maksudnya Perkataan yang mengena/ mendalam Bahasa yang efektif, sehingga tepat sasaran dan tujuannya, bahasa yang efisien, sehingga tidak membutuhkan banyak biaya, waktu dan tempat.
5.      Qawlan layyinan (Thaha: 44) maksudnya Perkataan lemah lembut Bahasa yang halus, sehingga menembus relung kalbu, bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang lain, bahasa yang baik dan enak didengar.
6.       Qawlan sadid (An-Nisa': 9) maksudnya Al-Ahzab: 70 Perkataan benar dan berimbang Bahasa yang benar, bahasa yang berimbang (adil) dari kedua belah pihak.
7.      Qawlan azhima (Al-Isra': 80) maksudnya Perkataan yang berbobot Bahasa yang mendalam materinya, bahasa yang berbobot isinya.
8.      Qawlan min rabb rahim (Yasin: 58) maksudnya Perkataan rabbani Bahasa yang isinya bersumber dari Tuhan, bahasa yang yang mengandung pesan Tuhan.
9.      Qawlan tsaqila (Al-Muzammil: 5) maksudnya Perkataan yang berat Bahasa yang berbobot yang mengandung informasi kewajiban manusia, syariah, halal-haram, hukum pidana-perdata.
Bahasa-bahasa di atas dapat digunakan seorang konselor untuk melihat kondisi dan psikologi klien sehingga tujuan dari proses konseling dapat tercapai dengan baik.
b.      Kasih Sayang
Kasih sayang (rahmah) adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap konselor. Karenanya orang yang hatinya keras tidak layak menjadi konselor. Sebab, kasih sayang yang merupakan gerakan kalbu adalah modal perasaan yang secara otomatis bisa mendorong pendidik, dan menolak untuk tidak suka meringankan beban orang yang di didik. Perilaku kasih sayang turut menentukan keberhasilan seorang konselor dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada klien sehingga ditemukan problem solving yang efektif.
c.       Lemah Lembut
Sikap lemah lembut merupakan sikap yang tidak bisa dipisahkan dari sikap kasih sayang yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Demikian halnya Rasulullah SAW, sebagai konselor umat sepanjang zaman, juga memiliki akhlak yang lemah lembut. Akhlak ini memang telah dianugerahkan Allah kepada para Nabi-Nya.
d.      Sabar (patience)
Sabar adalah bekal setiap konselor. Seorang pendidik (konselor) yang tidak berbekal kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia akan gagal, atau kembali sebelum sampai ke tempat tujuan. Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien dari pada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-gesa.
e.       Tawadhu’
Untuk menggugah simpati klien, sifat tawadhu' dari seorang konselor juga diperlukan. Dengan sifat tawadhu' akan menambahkan keakraban antara keduanya.
f.       Toleransi
Dalam melaksanakan konseling, seorang konselor juga dituntut untuk bersikap toleran terhadap kliennya. Kebijaksanaan dan bersikap toleransi kepada orang yang yang sedang bermasalah dan meminta agar seorang konselor tersebut  membantunya untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
g.      Demokratis dan Terbuka
Sebagai seorang konselor yang bijaksana, juga diperlukan sikap toleransi yang tinggi kepada klien. Perlu pula keterbukaan antara keduanya sehingga berbagai persoalan yang dihadapi oleh klien dapat diselesaikan.
h.      Jujur (honesty)
Yang dimaksud jujur di sini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling, karena alasan-alasan berikut:
1.      Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untiik menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang langsung dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila terjadi ketertutupan dalam konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien.
2.      Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada klien.
i.         Dapat Dipercaya (Trustworthiness/amanah)
Kualitas ini berarti bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab kecemasan bagi klien. Kualitas konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam konseling, karena beberapa alasan yaitu sebagai berikut:
1.      Esensi tujuan konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakan masalah dirinya yang paling dalam. Dalam hal ini, klien harus merasa bahwa konselor itu dapat memahami dan mau menerima curahan hatinya (curhatnya) dengan tanpa penolakan. Jika klien tidak memiliki rasa percaya ini, maka rasa prustasilah yang menjadi hasil konseling.
2.      Klien dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi konselor. Artinya klien percaya bahwa konselor mempunyai motivasi untuk membantunya.
3.      Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor, maka akan berkembang dalam dirinya sikap percaya tnrhadap dirinya sendiri. Hal ini relevan dengan ajaran al-Qur'an yang menuntut manusia untuk bersifat amanah.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (Qs. al-Ahzab/33: 72)
j.        Adil
Seorang konselor harus bersikap adil dalam melakukan proses konseling kepada kliennya. Prinsip keadilan ini sangat penting memahami masalah yang dihadapi klien lalu memperlakukannya sesuai dengan prinsip keadilan itu sendiri.
  




BAB III
KESIMPULAN

1.      Bimbingan ialah suatu proses membantu individu melalui sendiri untuk mengembangkan dan menemukan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
2.      Konseling adalah serangkai hubungan langsung dengan individual yang bertujuan untuk membantu dia langsung dalam bersikap dan tingkah laku. Bimbingan amatlah penting peranannya, sebab semakin tinggi dan penting peranannya, berbagai ilmu pengetahuan manusia di dunia, makin bertambahlah masalah-masalah kehidupan manusia dan tata susunan masyarakat.
3.      Melalui bimbingan siswa kelak dapat menyesuaikan diri setiap keadaan. Dalam bimbingan dan konseling terdapat dasar,prinsip dan latar belakang diperlukannya bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip yang dimaksud disisni ialah hal-hal yang dapat menjadi pegangan didalam proses bimbingan dan konseling.
4.      Siswa sangat memerlukan bimbingan dari seorang guru yang mampu mengerti permasalahan yang mereka hadapi. Baik permasalahan dalam menyesuaikan diri dengan siswa lain, masalah keluarga, masalah pergaulan dengan teman sebaya, ataupun masalah yang berkaitan dengan tugas belajar, serta masalah menghadapi jenjang sekolah yang lebih tinggi yaitu tingkat SMA. Maka dari itu, diperlukan seorang guru pembimbing dalam membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
5.      Guru pembimbing (konselor) berperan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk memiliki pribadi yang baik dan bertanggung jawab, ini dilakukan melalui orang tua maupun langsung pada siswa tersebut melalui beberapa layanan yang ada.









DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.
Budiamin, Amin dan Setiawati. 2009. Bimbingan Konseling. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Daradjat, Zakiah .2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.
Daradjat, Zakiah .2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang
Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta : UII Press.
Prayitno. 1999. Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Ginanjar,Ary Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual– ESQ. Jakarta : Penerbit Arga.
Juntika, Achmad. 2009. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Aditama
Mappiare,Andi.2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Prayetno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka
Rahman,Abdul. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana.
Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar